Pages

WAHABI

IBNU TAIMIYYAH DAN MUHAMMAD IBN ABDUL WAHHAB DIFATWA SESAT OLEH JUMHUR ULAMA

Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab Difatwa Sesat oleh Jumhur Ulama karena paham Mujassimah (Allah terbagi jadi anggota tubuh seperti wajah, tangan, kaki, dsb.) dan takfir. Ibnu Taimiyyah bahkan dipenjara berdasarkan Ijma' Ulama dan Umara. Sementara Muhammad bin Abdul Wahhab bahkan dinyatakan sesat oleh ayahnya sendiri, Abdul Wahhab, dan adiknya Sulayman bin Abdul Wahhab.

Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama' besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa'iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syeikh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi asy-Syafi'i, menulis surat berisi nasehat: "Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawasuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A'dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin."

Dari sini, putuslah sanad ilmu kaum Wahhabi ke Nabi saw. Karena 2 tokoh utama mereka dinyatakan sesat oleh Jumhur Ulama.

Lihat kitab "Minhaajus Sunnah" karya Syeikh Ibnu Taimiyyah sang panutan dan rujukan kalangan Wahabi, yang isinya dipenuhi dengan penghinaan terhadap Ahli Bait Nabi SAW.

Dalam kitab tersebut, Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa imannya Sayyidah Khadijah RA tidak manfaat buat umat Islam. Dan bahwa Sayyidah Fathimah RA tercela seperti orang munafiq. Serta Sayyidina Ali RA seorang yang sial dan selalu gagal, serta berperang hanya untuk dunia dan jabatan bukan untuk agama, dan juga perannya untuk Islam tidak seberapa.

Ada pun Sayyiduna Al-Hasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA tidak zuhud dan tidak berilmu, serta tidak ada keistimewaannya. Lalu soal pembunuhan Sayyiduna Al-Husein RA hanya masalah kecil, lagi pula dia salah karena melawan Khalifah Yazid yang benar. Dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolani rhm dalam kitab "Ad-Durorul Kaaminah" juz 1 hal. 181–182 saat mengulas tentang Ibnu Taimiyyah menyatakan: "ومنهم من ينسبه إلى النفاق لقوله في علي ما تقدم ."
"Dan di antara mereka (-para Ulama-) ada yang menisbahkannya (-Ibnu Taimiyyah-) kepada Nifaq, karena ucapannya tentang Ali sebagaimana telah disebutkan."

Dan dalam kitab "Lisaanul Miizaan", Sang Begawan Hadits ini menyimpulkan: "كم من مبالغة لتوهين كلام الرافضي أدته أحيانا إلى تنقيص علي ."
"Berapa banyak sikap berlebihan (Ibnu Taimiyyah) dalam merendahkan perkataan Raafidhah terkadang mengantarkannya kepada pelecehan Ali."

Sikap berlebihan Ibnu Taimiyyah pada akhirnya mengantarkannya ke penjara pada tahun 726 H. hingga wafat di tahun 728 H. Sultan Muhammad bin Qolaawuun memenjarakannya di salah satu menara Benteng Damascus di Syria berdasarkan Fatwa Qodhi Empat Madzhab Aswaja, yaitu:
1. Mufti Hanafi Qodhi Muhammad bin Hariri Al-Anshori rhm.
2. Mufti Maliki Qodhi Muhammad bin Abi Bakar rhm.
3. Mufti Syafi'i Qodhi Muhammad bin Ibrahim rhm.
4. Mufti Hanbali Qodhi Ahmad bin Umar Al-Maqdisi rhm.

Bahkan Syeikhul Islam Imam Taqiyuddin As-Subki rhm dalam kitab "Fataawaa As-Subki" juz 2 halaman 210 menegaskan: "وحبس بإحماع العلماء وولاة الأمور"
"Dia (Ibnu Taimiyyah) dipenjara dengan Ijma' Ulama dan Umara."

Tersebut dalam sejarah, bahwa suatu kali terjadi perdebatan antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan saudaranya Sulaiman bin Abdul Wahab, dalam soal kafir-mengkafirkan ini.Sulaiman bertanya kepada adiknya: "Berapa, rukun Islam?"

Muhammad menjawab: "lima."

Sulaiman: "Tetapi kamu menjadikan 6!"

Muhammad: "Apa, ?"

Sulaiman: "Kamu memfatwakan bahwa siapa yang mengikutimu adalah mu'min dan yang tidak sesuai dengan fatwamu adalah kafir."

Muhammad terdiam dan marah.

Sesudah itu ia berusaha menangkap kakaknya dan akan membunuhnya, tetapi Sulaiman bin Abdul Wahab dapat lolos ke Makkah dan setibanya di Makkah ia mengarang buku "As Shawa'iqul Ilahiyah firraddi 'alal Wahabiyah" (Petir yang membakar untuk menolak paham Wahabi).

Referensi:
Biografi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Perjalanan Hidup dan Ajarannya.

MAUQUTA

No comments:

Post a Comment

Instagram